Kamis, 11 Agustus 2016

Teknologi Hijau


Gambar : infostudikimia.blogspot.com
Gerakan Langkah Hijau
Gerakan Go Green saat ini semakin meluas, baik di tataran konsep maupun pelaksanaan. Ya, Go Green merupakan upaya bersama untuk menyelamatkan kondisi Planet Bumi yang kondisinya makin mengenaskan. Planet Bumi idealnya menjadi ekosistem yang ideal untuk kehidupan manusia dan mahluk Bumi lainnya, namun tampaknya kondisi yang terjadi justru makin banyak manusia yang berperan dalam pengrusakan lingkungan.
Langkah hijau harus dilaksanakan oleh siapapun yang menjadi warga Bumi. Mulai dari menghemat penggunaan energi BBM. Caranya,
kurangi frekuensi bepergian dengan kendaraan yang menggunakan BBM, gunakan sepeda atau sering jalan kaki, jika tidur di kamar matikan lampu, gunakan kipas angin atau AC seperlunya, usahakan memiliki rumah tinggal dengan ventilasi yang mencukupi dan memaksimalkan penerangan matahari ke dalam ruangan.
Penggunaan BBM sebagai sumber energi terpenting secara perlahan harus mulai dialihkan dengan menggunakan beragam jenis energi terbarukan, seperti energi surya, energi angin, energi air, bioenergy.

Mengenal Teknologi Hijau
Teknologi merupakan penerapan ilmu pengetahuan untuk tujuan praktis. Dengan kata lain teknologi merupakan penjabaran dan tindak lanjut dari ilmu pengetahuan.  Teknologi hijau menyangkut penggunaan metode dan bahan untuk menghasilkan produk dan energi yang bersih dan ramah lingkungan.
Melalui penerapan teknologi hijau diharapkan melahirkan inovasi dan perubahan dalam peradaban manusia. Bahkan, laju perkembangannya diharapkan seperti perkembangan yang pesat dari teknologi informasi dalam dua dekade terakhir.
Perkembangan teknologi hijau semakin pesat, antara lain meliputi :
1.     Konsep keberlanjutan, di mana kebutuhan masyarakat secara terus-menerus dapat dipenuhi tanpa merusak atau menghabiskan sumberdaya alam.
2.    Konsep daur ulang, di mana dalam proses produksi manufaktur dirancang sedemikian rupa supaya dapat didaur-ulang atau digunakan kembali.
3.     Konsep pengurangan limbah dan polusi, di mana pola produksi dan konsumsi diubah sedemikian rupa sehingga hanya menghasilkan seminimal mungkin limbah dan polusi.
4.    Konsep inovasi, dalam hal selalu berupaya mengembangkan teknologi alternatif.
5.    Konsep viabilitas, intinya ialah bagaimana kegiatan teknologi dan produksi senantiasa ramah lingkungan.

Teknologi hijau antara lain meliputi bidang studi :

1.  Energi – Masalah yang paling mendesak untuk teknologi hijau adalah energi, termasuk pengembangan bahan bakar alternatif, serta dikembangkannya cara baru untuk menghasilkan energi, termasuk efisiensi energi.
2.    Green building,  meliputi segala sesuatu dari pemilihan bahan bangunan ke lokasi bangunan itu berada. Dalam hal ini metode dan produk yang digunakan menimbulkan dampak yang sekecil mungkin terhadap lingkungan.
3.    Kimia hijau (Green chemistry), dalam proses penemuan, desain dan aplikasi proses dan produk kimia semaksimal mungkin menghilangkan penggunaan bahan berbahaya beracun beserta turunannya.
4.   Nanoteknologi hijau (Green nanotechnology), merupakan manipulasi bahan pada skala nanometer, sepermilar meter. Dalam hal ini Nanoteknologi hijau merupakan penerapan prinsip kimia hijau dan teknik hijau (Green engineering) untuk beragam bidang.

Gambar : farihinzul1974.blogspot.com
Teknologi Hijau untuk Planet Bumi yang Hijau
Jika kita tengok ke masa lampau menuju awal kebangkitan peradaban manusia, maka salah satu kunci keberhasilannya ialah adanya teknologi yang terus berkambang. Namun persoalannya di satu sisi aplikasi teknologi dapat menyebabkan kenyamanan dalam kehidupan umat manusia, ternyata di sisi lainnya menimbulkan gangguan, bahkan bencana.
Beberapa contoh kasus Tragedi Chernobyl, Bhopal, Minamata, dan sebagainya, belum termasuk perang berskala kecil sampai berkelas dunia.  Teknologi dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia, di sisi lainnya teknologi digunakan untuk saling membinasakan. Adanya bom atom, senjata nuklir, senjata kimia sampai senjata biologis, tak lain merupakan praktek aplikasi teknologi yang salah tempat. 
Lantas, bagaimana supaya teknologi dimanfaatkan dengan baik dan benar? Ya, jawabannya adalah teknologi hijau (green technology) yang harus diaplikasikan di berbagai penjuru Planet Bumi, oleh siapapun dan kapanpun. Selain dalam aplikasi, teknologi hijau juga perlu didukung melalui inovasi. Siapapun berhak memikirkan keberadaan "rumah" tempat tinggalnya, bagaimana supaya "rumah" tersebut tetap nyaman dan menyehatkan penghuninya, tentu saja hindari berbagai aktivitas dan pemanfaatan teknologi yang menimbulkan polutan dan limbah.

Green Campus Jangan Hanya Basa-basi
Trend “Green Campus” sedang berkembang dewasa ini. Sangat penting untuk dicermati, sampai berapa jauh kiprah perguruan tinggi atau kampus terhadap pemeliharaan dan pelestarian lingkungan hidup. Jangan sampai ada kecenderungan peranannya hanya sebatas diskusi, seminar atau lokakarya dan relative kurang beraksi.
Akibat makin meluasnya industrialisasi dan makin pesatnya pertambahan jumlah penduduk, maka kerusakan lingkungan semakin menjadi-jadi. Mutu lingkungan hidup kian merosot. Hal itu ditandai dengan kemampuannya yang menurun, hingga tidak lagi memenuhi syarat-syarat atau kelayakan bagi kehidupan spesies yang ada dibumi, termasuk manusia.
Melihat kondisi tersebut, sudah sewajarnya perguruan tinggi turut menghambat laju penurunan mutu lingkungan hidup. Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi bisa makin mengintensifkan penyuluhan mengenai lingkungan hidup. Penelitian menyangkut pemeliharaan dan kerusakan lingkungan hidup harus lebih ditingkatkan, dengan hasil penelitian yang tidak hanya berakhir dimeja sidang atau seminar, lantas diarsipkan di perpustakaan. Hasil penelitian hendaknya dipublikasikan secara luas, hingga masyarakat benar-benar memanfaatkannnya.
Bagi masyarakat perkotaan bisa diberikan penyuluhan mengenai pengelolaan sampah atau pemeliharaan kebersihan dan keindahan lingkungan perkotaan. Bagi masyarakat pedesaan bisa diberikan penyuluhan mengenai penghijauan, hutan desa, energy ramah lingkungan.
Bagi pengusaha atau industriawan yang cenderung melakukan pelimbahan yang melampaui batas, perguruan tinggi pun bisa melakukan pendekatan, upamanya dengan cara menjalin kerjasama dalam penelitian mengenai pengurangan kadar limbah, atau merancang alat tertentu yang mampu mengurangi kadar limbah atau polusi. Perguruan tinggi menyediakan tenaga ahli dan rancangan, sedangkan pengusaha menyediakan fasilitas dan dana.
Perguruan tinggi pun sudah semestinya mengadakan komunikasi dengan pihak pengambil keputusan, umpamannya dengan Kementerian Lingkungan Hidup, Kehutaan, Perindustrian, Pertanian, Bapedal (Badan Pengawas Dampak Lingkungan), POLRI, Kejaksaan, dan sebagainya. Kerja sama tersebut diharapkan mampu menangkal secara dini terjadinya kerusakan lingkungan hidup.

Gambar : www.saveetha.com
Kampus Terhijau Sedunia
Tahun 2011 terpilih 178 perguruan tinggi berasal dari 42 negara, dengan lima teratas University of Nottingham (Inggris), Northeastern University (AS), University of Connecticut (AS), University College Cork (Irlandia), dan Linkoping University (Swedia). UI berada pada posisi 22. (Peringkat 2011 di sini)
Lantas, faktor apa yang menjadi dasar pemeringkatan tersebut ? Ternyata mengacu pada  hasil korespondensi dan survei serta pemeringkatan langsung yang dilakukan secara online,  dengan   indikator dan kriteria  penilaian yang meliputi Pengaturan dan Infrastruktur,  meliputi 20 kriteria, mulai dari lokasi kampus, luas area termasuk ruang hijau dan terbuka, luas bangunan, pemakaian listrik, jumlah kendaraan yang dimiliki, jumlah keluar-masuk mobil, jumlah sepeda, jumlah mahasiswa, jumlah dosen dan admin, jumlah program yang berhubungan dengan lingkungan yang berkelanjutan, sampai keberadaan situs web, terutama kaitanya dengan konten informasi mengenai kampus hijau, kriteria ini diberi pembobotan 24 persen;
Indikator Energi dan Perubahan Iklim, diberi pembobotan 28 persen, meliputi 10 kriteria, antara lain sumber energi terbarukan, program konservasi energi,  elemen bangunan hijau, adaptasi perubahan iklim dan program mitigasi, kebijakan pengurangan emisi gas rumah kaca, persentasi luas vegetasi atau hutan kampus, kebijakan pengurangan pemakaian kertas, dan plastik, kebijakan bebas asap rokok dan bebas Narkoba.
Indikator Limbah (Sampah),  diberi pembobotan 15 persen, meliputi lima kriteria yaitu program daur ulang limbah dan sampah, daur ulang limbah beracun, pengelolaan sampah organik, pengelolaan sampah anorganik, dan metode pembuangan sampah atau limbah. Indikator Air (penggunaan air), diberi pembobotan 15 persen, meliputi tiga criteria, yaitu konservasi air, persentasi luas wilayah, serta sistem pipa dan sumber air.
Transportasi (Sistem Transportasi), terutama keterkaitannya dengan emisi karbon dan tingkat polusi di sekitar kampus. Indikator ini  diberi pembobotan 18 persen, meliputi empat kriteria, yaitu kebijakan transportasi untuk membatasi jumlah kendaraan bermotor, kebijakan transportasi untuk mengurangi dan membatasi area parkir, ketersediaan bus kampus, serta kebijakan mengenai jalur sepeda dan pejalan kaki. Sedangkan filosofi pemeringkatan meliputi Environment, Economic, dan Equity atau the three E’ s. (Panduan lengkap di sini).
Menurut Prof. Dr. Ir. Riri Fitri Sari M.Sc, MM, profesor bidang teknik komputer dan Kepala Pengembangan dan Pelayanan Sistem Informasi (PPSI) UI, bahwa UI GreenMetric telah diterima sebagai anggota International Ranking Expert Group (IREG Observatory) yang berpusat di Belgia, dengan referensi dari US News Ranking, HEEACT Ranking Taiwan, dan IHEP Washington DC. Menurutnya IREG adalah lembaga yang penting karena IREG melakukan program audit dan sertifikasi bagi lembaga pemeringkatan universitas sedunia (dalam Kompas.com)
Apa yang ditempuh UI bisa menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi atau kampus yang ada di dunia untuk segera beralih status menjadi kampus hijau, di mana keberadaan kampus akan menjadi pionir untuk terwujudnya Planet Bumi yang hijau. Ribuan perguruan tinggi yang ada di Indonesia selayaknya berpartisipasi dalam kegiatan ini.


Daftar Pustaka

Afia Atep, 2016. Teknologi Hijau untuk Planet Bumi yang Hijau, http://www.kangatepafia.com/2016/02/teknologi-hijau-untuk-planet-bumi-yang_10.html#more


Afia Atep, 2013. Green Campus Jangan Hanya Basa-basi, http://www.kangatepafia.com/2013/04/green-campus-jangan-hanya-basa-basi.html#more


1 komentar:

Posting Komentar